Thursday, May 16, 2013

Mahasiswa UGM Juara Inovasi Mobil

IMG-805
Inovasi mobil mahassiswa UGM (Wid/B21)
Yogyakarta, berita21.com – Tim Mahasiswa UGM kembali menorehkan prestasi. Menjadi juara kompetisi inovasi mobil berbahan bakar alternatif antar mahasiswa perguruan tinggi yang dilaksanakan di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, 3-5 Mei lalu.
Tiga mobil buatan mahasiswa UGM, Subali 4, Anjani 1 dan Sugriwa 3 meraih masing-masing juara 1, juara 3 dan juara favorit. Tim Chem-E-Car UGM yang beranggota 29 orang ini berhasil menyisihkan 7 tim dari perguruan tinggi lainnya seperti ITS, UI dan Politeknik Negeri Bandung.
Bobby Nugroho Wicaksono, Ketua Tim Manajerial mengatakan
dalam lomba tidak hanya menekankan kemampuan mengembangkan inovasi mobil dalam memanfaatkan bahan bakar alternatif namun juga kemampuan mobil dalam mengatur presisi bahan bakar.
“Yang cukup sulit, mobil tidak boleh diatur secara sistem elektronis. Tidak diperkenankan menggunakan sensor dan saklar,” kata mahasiswa teknik kimia fakultas Teknik UGM ini, Senin (6/5), ditemui di Fakultas Teknik.
Dalam perlombaan, mobil Subali 4 memanfaatkan bahan bakar dari hasil proses reakasi kimia Hidrogen Peroksida dengan katalis Kalium Iodida (KI) untuk bisa menghasilkan oksigen. Kemudian gas oksigen ini dimanfaatkan menggerakkan piston agar mobil bisa melaju. “ Subali mampu menempuh jarak lintasan sejauh 22 meter dengan hanya memanfaatkan 120 ml larutan hidrogen peroksida,” katanya.
Salah satu keunggulan Hidrogen Peroksida adalah sebagai salah satu bahan bakar alternatif dibandingkan dengan oksidator lain karena sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahkan kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
“Bisa menjadi alternatif bahan bakar karena bisa terurai menjadi oksiegen yang mampu menggerakan piston mobil dengan sistem pneumatik,” ujar dia.
Berbeda dengan Subali, Anjani menggunakan bahan bakar energi fuel cell yakni Sodium Hydroxide (NaOH). Sedangkan Sugriwa menggunakan cell volta yakni tembaga sulfat (CuSO4) dan Zinc Sulfate Heptahydrate (ZnSO4). “Sama-sama menghasilkan lustrik tapi beda bahan bakar,” ungkapnya.
Persiapan untuk mengikuti lomba membutuhkan waktu sekitar 4 bulan. Diawali riset dan rekonstruksi mobil inovasi. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu mobil berkisar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Rencananya, akhir September 2013 mereka akan mengikuti lomba yang sama tingkat internasional di Universitas Queensland, Australia.
Dekan Fakultas Teknik, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng.,Ph.D.Eng, mengatakan, Indonesia memiliki anak-anak yang cerdas. ”Saya berharap dalam 15-20 tahun mereka mampu menjadi motor perkembangan kemajuan teknologi di Indonesia,” katanya.

Sumber : http://tekno.berita21.com/2013/serba-serbi/mahasiswa-ugm-juara-inovasi-mobil.html

0 comments:

Post a Comment